Wednesday, December 28, 2011

Coklat vs. Putih

Seperti segala sesuatu di dunia ini, benda-benda yang biasa digunakan sehari-hari pun memiliki klasifikasi tersendiri untuk menetapkan identifikasi yang lebih baik. Tahukan Anda bahwa barang-barang konsumsi itu diklasifikasikan ke dalam dua kategori? 

Mulai dari telepon selular di dalam saku Anda hingga kulkas, semuanya memiliki klasifikasi masing-masing. Barang-barang konsumsi diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu barang coklat dan barang putih. Tapi mengapa kedua warna itu yang dipilih menjadi nama dua kelompok barang tersebut? 

Istilah "barang coklat" adalah bahasa sehari-hari untuk produk-produk elektronik, seperti telepon selular, televisi, CD/DVD player, komputer, dan lain-lain. "Barang coklat" lebih menekankan pada barang-barang elektronik yang ringan, dengan harga yang relatif terjangkau, serta mudah dipindahkan, termasuk berbagai jenis surat kabar elektronik. Sementara itu barang putih menandakan barang-barang elektronik yang harganya relatif mahal, berat, dan sulit dipindahkan, seperti lemari es, penyejuk udara, dan lain-lain. Jelaslah bahwa barang putih terutama meliputi semua jenis peralatan rumah. 

Mari kita pelajari konsep-konsep barang coklat vs barang putih ini dengan lebih mendalam. Sekitar dua dekade yang lalu, untuk tujuan-tujuan pemasaran, dibuatlah beberapa jenis produk yang menggunakan kayu atau Bakelite untuk disajikan di pasaran. Kini model coklat yang sudah ketinggalan itu diperbaharui dengan lapisan-lapisan baja anti karat atau warna-warna lain yang mutakhir. Tapi produk-produk dari kelas-kelas tersebut tetap saja dikenal secara luas dengan nama "barang coklat". Kelompok "barang putih" adalah barang-barang yang dilapisi dengan porselein atau bernuansa putih. Sebenarnya, konsumen tidak berurusan dengan kontradisi coklat dan putih ini. Tapi penggolongan ini adalah untuk menetapkan segmen pembuatan dan distribusi, yang mana hal ini sangat penting untuk tujuan-tujuan pemasaran. 

Pengelompokan barang coklat dan barang putih  ini berdampak langsung pada wilayah perbaikan dan pemeliharaan. Biasanya diperlukan keterampilan teknis yang tinggi untuk memperbaiki sirkuit-sirkuit elektronik yang rumit dalam barang-barang coklat, sementara itu diperlukan pengetahuan praktis khusus dalam memperbaiki barang-barang putih. Para mekanik barang coklat biasanya enggan menangani barang-barang putih. 

Seringkali terdapat contoh-contoh yang kontradiktif dalam menetapkan barang-barang mana saja yang termasuk dalam kelompok coklat atau putih. Sebagai contoh, seorang mekanik barang coklat sering mengungkapkan keengganannya untuk memperbaiki sebuah microwave yang berada dalam kontradiksi antara barang coklat vs barang putih. Dua sirkuit elektronik khusus, pengatur waktu dan temperatur, digolongkan pada kategori coklat. Tapi karena microwave adalah peralatan rumah tangga yang mahal, maka produk ini bisa dianggap sebagai barang putih. 

Pendeknya, kedua sektor barang coklat dan putih mengalami hantaman efek resesi. Sektor barang coklat menderita kerugian yang signifikan dalam kaitannya dengan pendapatan penghasilan. Tapi, kecenderungan daya beli konsumen di dunia tetap nyaris tidak berpengaruh terhadap barang putih, karena barang-barang tersebut dianggap sebagai investasi untuk kehidupan yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment